Sahabatku dan wahai diriku…
Sejenak kita luangkan waktu untuk mengintropeksi diri, tepatnya mengintropeksi apa yang telah kita lakukan selama ini. (Dan cukup ini menamparku ya Rahman… bukankah selama ini yang ku lakukan hanya kesenangan-kesenangan, hura-hura… bahkan kulupakan amanah yang diberikan orang tuaku untuk menuntut ilmu, mengamalkan ilmu dan mengajarkan kembali ilmu. Ah, bukankah masa muda menjadi pertanyaan awal di akhirat kelak. Lantas bagaimana ku menjawab pertanyaan ini saat wajahku dihadapkan pada Engkau pemilik surga dan neraka???).
Beginilah kita hidup dalam kelalaian, menikmati masa muda dengan seabrek kegiatan yang kurang bahkan tidak bermanfaat sama sekali. Kita juga sering protes dengan keadaan Negara kita yang kacau balau. Pemerintahan yang tidak becus. Selalu berada di peringkat tertinggi untuk masalah keburukan. Sebagai generasi harapan apa yang telah kita lakukan untuk memperbaiki semua ini??? Bukankah selama ini kita hanya protes saja??? “Yaaa setidaknya kita ikut bersuaralah biar dianggap up to date” mungkin secara tak sengaja ini yang terlintas di hati kita.
Wahai diriku dan sahabat …
Kita memang teramat egois. Selalu mementingkan diri kita sendiri. Hanya sedikit diantara kita yang berpikir ke depan. Sangat terhitung oleh jari yang berpikir untuk berbuat untuk orang lain. Berbuat kebaikan untuk orang-orang yang kurang beruntung (bukankah begitu ???).
“Jangan salah!! Aku akan jadi guru sehingga bisa mencerdaskan anak bangsa”. Mungkin ada di antara kita berpikir seperti itu namun mari kita raba hati kita jauh ke dalam lagi. Ternyata kita hanya mengharap gaji. Banyak di antara kita memberi kesan tak mulia bagi orang yang kita didik. “KAMU BODOH!!! KAMU BANDEL !!! KAMU TIDAK TAHU !!!” bukankah itu yang sering kita ucapkan kepada murid ??? Yaaa justru karena mereka belum tahu dan bandel mereka disekolahkan (ah, kata bandel begitu tidak pantas. Mereka hanya belum tahu bagaimana bersikap yang baik). Guru pencaci akan melahirkan murid penghina. Guru temperamen akan melahirkan murid keras kepala. Saya yakin guru seperti inilah yang selalu didoakan murid agar selalu tidak hadir. Ketidakhadiran kita adalah anugrah bagi mereka. Kehadiran kita menjadi musibah bagi mereka. Na’udzubillah…
Saya juga pernah menemui seorang guru yang masuk kelas hanya untuk memberi tugas setelah itu keluar dan ‘rapat’ kejelekan-kejelekan orang dengan guru-guru yang lain, setelah bel pergantian pelajaran sang guru masuk dan mengambil tugas dari para murid. Sangat menyedihkan!!! Meminta haknya sebagai guru alias gaji tapi tidak memberi hak para murid.
Di tempat lain “Aku jadi dokter lho, bisa bantu nyembuhin orang itu kan pekerjaan mulia!!!”. Pekerjaan yang sangat mulia untuk orang yang mempunyai kelebihan harta. Bukankah itu yang selama ini terjadi???? Entah berapa kaum miskin yang teracuhkan, dibiarkan merintih kesakitan, meregang nyawa sendirian sementara di samping si miskin… si kaya yang hanya luka biasa saja. Entah berapa juga si miskin yang awalnya disambut dengan wajah ramah namun setelah mengetahui isi kantongnya tidak ada ditinggalkan dengan wajah masam. Inikah pekerjaan mulia yang kita banggakan itu??? Pekerjaan mulia yang tak mencerminkan kemuliaan hati kita!!!
Dalam keseharian kita entah berapa orang yang kecewa dengan sikap kita lantaran kita menolong milih-milih orang. Betapa juga sering kita begitu enggan menolong seseorang karena dia pernah menyakiti hati kita …. Lupakah kau dengan janji Robbmu dalam surat Ali Imron: 133… Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang bertakwa… yaitu orang yang berinfak baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain)). Kita juga terlalu sering banyak pertimbangan dalam menolong orang lain. “Ah, dia tu kalau ditolong suka ga balas budi dan ga tau diri”, “ah, dia tu suka jahat sama aku”, “ah, kalau ditolong ntar dia kira aku suka lagi sama dia. Ga banget deh!!!” Ya Allah kami mohon ampun padaMu…. Itulah kami Robb selalu minta imbalan dalam setiap pertolongan yang kami berikan. Padahal pertolongan itu bukanlah suatu pekerjaan yang mesti diberi imbalan. Ya Allah…inilah kami yang jarang sekali ikhlas tidak mau menolong karena takut orang yang kami tolong tidak bisa balas budi…padahal apalah arti balas budi mereka dibanding pahala yang tiada tara dariMu…. Maafkan kami ya Ghofuur….
Pernah ku saksikan…
Saudara kita di negara ini makan dari makanan yang di dapatnya dari aliran sungai yang sangat kotor.
Pernah juga kudengar…
Saudara kita antri di tempat pembuangan sampah hanya menunggu makanan sisa dan itu pun berebutan dengan kucing-kucing dan ayam-ayam.
Saudaraku..
Apa yang telah kita lakukan dengan rizki Allah??? Bukankah kita jarang sekali mensyukurinya??? Entah berapa kali kita mencaci makanan lantaran hanya sedikit hambar dan kita pun membuangnya.
**********************************************************************************
Dan sekarang bercerminlah …
Apa cita-citamu untuk agama dan bangsamu??? Akankah kau masih berkutat dengan cita-citamu yang egois itu??? Mereka bercita-cita untuk menjayakan Islam ini kembali. Mereka bercita-cita ingin memerdekakan negri ini. Tidakkah terketuk hatimu untuk ikut berperan??? Atau kau hanya tetap duduk di kursi malasmu sedangkan saudara-saudaramu berteteskan peluh, bermandikan darah demi kemuliaan agama dan bangsa ini??? Masihkah kau memiliki hati ???
Nb. Copy dengan revisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar